Chapter
ini membahas tentang perspektif penggunaan internet dalam hal akses, baik
perspektif pesimis maupun optimis. Perspektif pesimis dan optimis diterapkan
dalam berbagai konteks, seperti dalam hal akses jaringan dan penggunaan
komputer/internet, pengaruh penggunaan media baru, keterlibatan masyarakat
dalam politik, isu internet, keterlibatan komunitas dan juga adanya interaksi
sosial yang membentuk suatu komunitas di dunia maya.
Perspektif
pesimis membahas tentang kekhawatiran akses internet yang tidak sama yang
berimplikasi pada manfaat yang didapat juga tidak sama. Penelitian menunjukan
bahwa masyarakat seperti orang Afrika-Amerika sangat kecil kemungkinannya untuk
mengakses internet. Beberapa dari mereka (orang Afrika-Amerika) kehilangan
kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan internet (Neu et al, 1999). Sejumlah penelitian menunjukan kurangnya
pengalaman dalam dunia online dapat dilihat dari sektor-sektor pendidikan
rendah, sosial ekonomi, etnisitas ,ketersediaan dan aksesbilitas.
Contohnya
di Indonesia yaitu masyarakat suku Baduy melarang menggunakan teknologi
meskipun mereka sudah mengenal teknologi. Masyarakat Baduy menutup diri dari
teknologi.
Perspektif
optimis membahas tentang upaya untuk mengatasi keterbatasan pada akses
internet. Pada tahun 1990, Pemerintah mencari cara untuk memberikan pelayanan
universal dan termasuk penyandang cacat.
Contoh
kasus di Indonesia pada awal Maret 2016 yang lalu, Google telah meluncurkan sebuah kursus pemrograman Android gratis bernama Indonesia Android Kejar. salah satu aplikasi yang dibuat oleh orang Indonesia yaitu aplikasi Bisindo, dengan aplikasi ini kita bisa mempelajari bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan para penyandang disabilitas. aplikasi ini bisa menampilkan video bahasa isyarat untuk setiap kata dalam Bahasa Indonesia yang kita berikan.
Kendala yang mempengaruhi
penggunaan ”New Media”
Van
Dijk (1999) mengidentifikasi empat kendala yang mempengaruhi penggunaan media
baru, yaitu :
1 1. Orang
tua yang tidak terampil, yang diintimidasi oleh teknologi baru
2 2. Akses
yang sulit untuk komputer atau jaringan
3 3. Kurangnya
keramahan pengguna
4 4. Kurangnya
kesempatan penggunaan yang signifikan
Contoh
kasus yang terjadi di Indonesia itu ketika orang tua kita yang diberikan
handphone yang canggih tetapi mereka menolak dalam menggunakan handphone
tersebut karena mereka kurang memahami fitur-fitur dari handphone tersebut dan
mereka merasa asing akan adanya handphone yang seperti itu.
Rojas
et al (2004) mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap kesenjangan
digital, seperti modal ekonomi, modal budaya, etnis, jenis kelamin dan usia.
Contoh
kasus yang ada di Indonesia, banyak orang-orang yang kurang mampu dalam modal
ekonomi, budaya dan sosial. Mereka tidak dapat bersaing pada penggunaan
komputer dan teknologi online.
Perspektif pesimis dan optimis
terkait dengan isu apakah internet akan meningkatkan atau justru mengurangi
partisipasi masyarakat dalam politik
Berdasarkan perspektif pesimis, Van Dijk,1999 percayabahwa akan ada begitu banyak informasi di internet bahwa akan sulit untuk mencari tahu apa yang berlaku dan dengan demikian akan menyebabkan pengambilan keputusan yang salah. Di internet banyak isu-isu yang tidak bertanggung jawab (Starobin), sulitnya menemukan info yang valid dan penurunan partisipasi karena kualitas info tidak valid. Banyak pemberitaan yang diminati masyarakat maya yaitu tentang politik, kampanye dan kerusuhan. Ini disebabkan karena masyarakat sekarang cenderung lebih menyukai berita politik dan sosial.
Contoh kasus di Indonesia pada pelaksanaan Pemilu 2014 juga akan mendekati masa kritis, karena jumlah golput diperkirakan akan mencapai 40%. Hal ini dikarenakan budaya politik masyarakat menjadi apatis dan memandang pemilu bukanlah perayaan penting bahkan cenderung tidak bermanfaat bagi kelangsungan hidup mereka.(Sindonews)
Jika dilihat dari perspektif optimis internet dapat meningkatkan partisipasi masyarakat. Menurut Hill dan Hughes(1998) merangkum perspektif dari beberapa optimis tentang peran dari internet dalam aktivitas masyarakat, khususnya partisipasi politik. Shapiro dan Leone mengasosiasikan internet dengan revolusi kontrol, dimana kontrol sedang di transfer dari lembaga-lembaga besar untuk individu. Hal ini disebabkan enam fitur inti dari internet yang dapat meningkatkan kontrol individu, yaitu:
1. bentuk komunikasi many-to-many
2. konten digital
3. jaringan internet itu sendiri
4. jalur informasi di internet berjalan dengan lancar di jaringan tanpa halangan
5. kapasitas broadband
6. akses yang universal
Contoh kasus di Indonesia ketika akan diselenggarakan pemilu 2014. Masyarakat mengakses internet untuk memperoleh gambaran umum terkait penyelenggaraan pemilu. Termasuk menginformasikan rekam jejak calon-calon legislatif. Dengan demikian, masyarakat memiliki pengetahuan dan lebih mengenal calon wakil-wakil mereka.(Detikcom)
Contoh kasus di Indonesia pada pelaksanaan Pemilu 2014 juga akan mendekati masa kritis, karena jumlah golput diperkirakan akan mencapai 40%. Hal ini dikarenakan budaya politik masyarakat menjadi apatis dan memandang pemilu bukanlah perayaan penting bahkan cenderung tidak bermanfaat bagi kelangsungan hidup mereka.(Sindonews)
Jika dilihat dari perspektif optimis internet dapat meningkatkan partisipasi masyarakat. Menurut Hill dan Hughes(1998) merangkum perspektif dari beberapa optimis tentang peran dari internet dalam aktivitas masyarakat, khususnya partisipasi politik. Shapiro dan Leone mengasosiasikan internet dengan revolusi kontrol, dimana kontrol sedang di transfer dari lembaga-lembaga besar untuk individu. Hal ini disebabkan enam fitur inti dari internet yang dapat meningkatkan kontrol individu, yaitu:
1. bentuk komunikasi many-to-many
2. konten digital
3. jaringan internet itu sendiri
4. jalur informasi di internet berjalan dengan lancar di jaringan tanpa halangan
5. kapasitas broadband
6. akses yang universal
Contoh kasus di Indonesia ketika akan diselenggarakan pemilu 2014. Masyarakat mengakses internet untuk memperoleh gambaran umum terkait penyelenggaraan pemilu. Termasuk menginformasikan rekam jejak calon-calon legislatif. Dengan demikian, masyarakat memiliki pengetahuan dan lebih mengenal calon wakil-wakil mereka.(Detikcom)
Perspektif pesismis dan optimis
dalam isu internet dan community involvement
Perspektif
pesisimis menjelaskan bahwa semakin seseorang sering online, interaksi yang
terjadi dalam lingkungan masyarakat baik itu dengan tetangga menjadi berkurang
(Shapiro dan Leone). Shapiro dan Leone memperingatkan ketidakhati-hatian
penggunaan internet dapat menyebabkan tiga masalah:
1. Personilisasi
yang berlebihan
2. Disinternalisasi
yang mungkin keluar dari genggaman kita merupakan nilai penghubung dan tidak
hanya memilih tapi juga memverifikasi berita komersil dan politik
3. Bahaya
yang mungkin kita percayai terhadap masalah umum seperti menjaga privasi
Perspektif
optimis menurut Shapiro dan Leone berpendapat bahwa hubungan melalui internet
akan lebih cepat selesai dibandingkan dengan hubungan melalui komunikasi fisik.
Namun dunia maya dapat menyebabkan munculnya komunitas alternatif yang
berhargha dan berguna untuk menjalin hubungan akrab dengan masyarakat kita
(pool, 1983;Reinghold, 1993)
Social interaction and forms of
expression
Perspektif
optimis menyatakan interaksi sosial dalam internet sudah menjadi media
alternatif dalam hal berkomunikasi. Bagi orang tertentu internat sangat
berpengaruh terhadap kecemasan dalam merangsang hubungan interpersonal dan
internet digunakan sebagai media alternatif untuk interaksi sosial. Menurut
Papacharissi dan Rubin (2000 : 18) menjelaskan bahwa internet digunakan sebagai
fungsi alternatif untuk tatap muka
komunikasi (interaksi) bagi mereka yang cemas tentang komunikasi secara tatap
muka dan yang tidak menemukan komunikasi tatap mukak menjadi menguntungkan.
Internet
sekarang juga bisa disebut sebagai forms of expression jadi internet sekarang
dipakai sebagai ajang mengekspresikan diri misalnya melalui media sosial.
Menurut Hill dan Hughes (1988:84) menunjukan hanya karena orang memiliki
kesempatan untuk membangun persahabatan di dunia maya tidak berarti bahwa
mereka akan ramah. Perspektif pesimis menyatakan tidak hanya memiskinkan sifat
interaksi tetapi interaksi online dapat menipu dan mengandung kebencian
sementara.
Kesimpulan
dari chapter ini menjelaskan tentang berbagai isu sosial yang berada di dunia
online (internet). Penjelajahan dalam
dunia online dapat menciptakan dampak yang positif dan negatif, tergantung dari
bagaimana kita menggunakan internet tersebut. Banyak dampak negatif dalam dunia
online, terlebih bagi mereka yang tidak dapat memanfaatkan internet dengan
sebaik mungkin, yang menyebabkan mereka larut dalam dunia online. Banyak
informasi yang beredar di dunia maya tanpa diketahui kebenarannya, sehingga
sulit untuk membedakan mana pemberitaan yang benar dan yang tidak benar.
Chapter
ini juga menjelaskan bahwa masyarakat organik adalah masyarakat yang kurang
bisa berkembang, sebab masyarakat organik kurang mengerti dunia online. Ketika
mereka mengenal dunia online malah mengakibatkan semakin banyak orang yang
tinggal di suatu wilayah namun mereka tidak pernah saling berinteraksi antar
tetangga.
Referensi
:
Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone. 2006, Handbook of New Media : Social Shaping and Social Consequences of ITCs, Sage Publication Ltd. London.
Chapter 4: Perspective on Internet Use: Access, Involvement and Interaction.
Chapter 4: Perspective on Internet Use: Access, Involvement and Interaction.
https://id.techinasia.com/daftar-aplikasi-android-terbaik-hackathon-indonesia-android-kejar
http://anisarahayuhidayah.blogspot.co.id/2015/12/jurnal-suku-baduy.html
Garna,
Judistira K. 1992. Orang Baduy Dari Kanekes: Ketegaran Dalam Menghadapi
Tantangan Zaman (Makalah Seminar Sehari Dengan Orang Baduy). Bandung: Museum
Negeri Jawa Barat.
Kurnia,
Asep dan Ahmad Sihabudin. 2010. Saatnya Baduy Bicara. Jakarta: Bumi Aksara.
Rafiudin,
Apip Apriadi. 1995. “Masyarakat Baduy (Studi Deskriptif di Desa Cibeo, Jawa
Barat)”. Skripsi S-1 Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar